Robert Baden-Powell, Baron Baden-Powell ke1
Setelah pernikahannya dengan Olave St. Clair Soames, Baden-Powell, adiknya Agnes Bad
O, KCB ( /ˈbeɪdən ˈpoʊ.əl/; 22 Februari 1857 - 8 Januari 1941), juga dikenal sebagai BP, bi
pi atau Lord Baden-Powell, adalah letnan satu umum di tentara, penulis, dan pendiri
Gerakan Kepanduan.Setelah bersekolah di Charterhouse, Baden-Powell ber
tugas di Angkatan Darat Inggris dari tahun 1876 sampai 1910 di India dan Afrika. Pada tahun 18
99, selama Perang Boer Kedua di Afrika Selatan, Baden-Powell berhasil mempertahankan kota
yang di PengepunganMafeking. Beberapa buku bertema militer yang ditulis untuk pengintaian
dan pelatihan pandu di Afrika tahun itu banyak dibaca oleh anak laki-laki. Berdasarkan buku
-buku sebelumnya, ia menulis Scouting for Boys, yang diterbitkan tahun 1908 oleh Pearson,
untuk pembaca remaja. Selama menulis, ia menguji gagasannya melalui perjalanan berk
emah di Pulau Brownsea dengan Brigade Pemuda dan anak tetangganya yang dimulai pada
1 Agustus 1907, yang kemudian dianggap sebagai awal dari Kegiatan Kepanduan.
en-Powell dan terutama istrinya yang sangat aktif memberikan bimbingan terhadap Gerakan
Kepanduan dan Kepanduan Putri. Baden-Powell meninggal di Nyeri, Kenya pada tahun1941.
Kepanduan dan Kepanduan Putri. Baden-Powell meninggal di Nyeri, Kenya pada tahun1941.
Kehidupan awal
Baden-Powell dilahirkan dengan nama Robert Stephenson Smyth Powell, atau lebih akrab denga
n panggilan Stephe Powell, di Jalan Stanhope nomor 6 (sekarang Stanhope Terrace nomor 11) P
addington, London pada 22 Februari 1857.[7] Dia diberi nama Robert Stephenson;[8] sedangkan
Smyth adalah nama gadis dari ibunya. Ayahnya seorang Pendeta bernama Baden-Powell, seoran
g Savilian yang mengajar geometri di Universitas Oxford dan telah memiliki empat anak dari kedua
pernikahan sebelumnya. Pada 10 Maret 1846 di Gereja St Lukas, Chelsea, Pendeta Powell me
nikahi Henrietta Grace Smyth (3 September 1824 - 13 Oktober 1914), putri sulung Laksamana W
illiam Henry Smyth dan 28 tahun lebih muda. Dengan begitu cepat lahirlah Warington (awal 1847)
, George (akhir 1847),Augustus (1849) dan Francis (1850). Setelah tiga anaknya meninggal ketik
a masih sangat muda, mereka telah memiliki Stephe, Agnes(1858) dan Baden (1860). Ketiga an
ak termudanya dan Augustus sering sakit-sakitan. Pendeta Powell meninggal ketika Stephe beru
sia tiga tahun, dan sebagai penghormatan kepadanya serta untuk mengatur anak-anaknya sendir
i yang terpisah dari saudara dan sepupu, ibunya (Henrietta Grace Smyth) mengubah nama keluar
ga menjadi Baden-Powell. Selanjutnya, Stephe dibesarkan oleh ibunya, seorang wanita yang berketatapan bahwa anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada
tahun 1933 Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.[7][9][10]
Selepas bersekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Stephe dianugerahi beasiswa untuk
sekolah di Charterhouse. Perkenalan pertamanya pada kecakapan kepanduan, yakni
kecakapan memburu dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan,
yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga pandai bermain piano dan biola, mampu
melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangannya serta gemar bermain
peran (drama). Masa liburan banyak dihabiskannya dengan melakukan ekspedisi pelayaran
atau bermain kano dengan saudara-saudaranya.[7]
sekolah di Charterhouse. Perkenalan pertamanya pada kecakapan kepanduan, yakni
kecakapan memburu dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan,
yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga pandai bermain piano dan biola, mampu
melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangannya serta gemar bermain
peran (drama). Masa liburan banyak dihabiskannya dengan melakukan ekspedisi pelayaran
atau bermain kano dengan saudara-saudaranya.[7]
Karier Ketentaraan
Pada tahun 1876, Baden-Powell bergabung dengan Hussars ke-13 di India. Pada tahun 1895
dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun 1897 untuk
memimpin Pasukan Dragoon ke-5.[11] Baden-Powell saling berlatih dan mengasah kemahiran
kepanduannya dengan raja Zulu Dinizulu pada awal 1880an di provinsi Natal, Afrika Selatan di
mana resimennya ditempatkan dan ia diberi penghargaan karena keberaniannya.[12]
Pada tahun 1896, Baden-Powell ditugaskan ke daerah Matabele di Rhodesia Selatan (sekarang
dikenal dengan nama Zimbabwe) sebagai Kepala Staf di bawah Jenderal Frederick Carrington
selama Perang Matabele Kedua, dan disanalah pertama kalinya ia bertemu dengan orang
yang nanti menjadi sahabat karibnya, Frederick Russell Burnham, tentara kelahiran Amerika
Serikat yang menjabat sebagai kepala pasukan pengintai Inggris. Keberadaannya di sana
akan menjadi pengalaman yang sangat penting, bukan hanya karena Baden-Powell
berkesempatan memimpin misi sulit di wilayah musuh, tetapi saat-saat itulah Ia banyak
mendapat inspirasi untuk membuat sistem pendidikan kepanduan. Ia bergabung dengan tim
pengintai (mata-mata) di Lembah Matobo. Burnham mulai mengajari woodcraft kepada Baden
-Powell, keahlian yang juga memberikan inspirasi untuk menyusun program/ kurikulum dan kode
kehormatan kepanduan. Woodcraft adalah keahlian yang banyak dikenal dan dikuasai di
Amerika, tetapi tidak dikenal di Inggris. Keahlian itulah cikal bakal dari apa yang kiri sering
disebut Ketrampilan Kepramukaan.
dikenal dengan nama Zimbabwe) sebagai Kepala Staf di bawah Jenderal Frederick Carrington
selama Perang Matabele Kedua, dan disanalah pertama kalinya ia bertemu dengan orang
yang nanti menjadi sahabat karibnya, Frederick Russell Burnham, tentara kelahiran Amerika
Serikat yang menjabat sebagai kepala pasukan pengintai Inggris. Keberadaannya di sana
akan menjadi pengalaman yang sangat penting, bukan hanya karena Baden-Powell
berkesempatan memimpin misi sulit di wilayah musuh, tetapi saat-saat itulah Ia banyak
mendapat inspirasi untuk membuat sistem pendidikan kepanduan. Ia bergabung dengan tim
pengintai (mata-mata) di Lembah Matobo. Burnham mulai mengajari woodcraft kepada Baden
-Powell, keahlian yang juga memberikan inspirasi untuk menyusun program/ kurikulum dan kode
kehormatan kepanduan. Woodcraft adalah keahlian yang banyak dikenal dan dikuasai di
Amerika, tetapi tidak dikenal di Inggris. Keahlian itulah cikal bakal dari apa yang kiri sering
disebut Ketrampilan Kepramukaan.
Keduanya menyadari bahwa kondisi alam dan peperangan di Afrika jauh berbeda dengan
di Inggris. Maka mereka merencanakan program pelatihan bagi pasukan tentara Inggris agar
mampu beradaptasi. Program pelatihan itu diberikan pada anak-anak muda, isinya penuh
dengan materi-materi tentang eksplorasi, trekking, kemping dan meningkatkan kepercayaan diri.
di Inggris. Maka mereka merencanakan program pelatihan bagi pasukan tentara Inggris agar
mampu beradaptasi. Program pelatihan itu diberikan pada anak-anak muda, isinya penuh
dengan materi-materi tentang eksplorasi, trekking, kemping dan meningkatkan kepercayaan diri.
Saat itu juga merupakan kali pertama bagi Baden Powell mengenakan topi khasnya
(Burnham mirip topi koboi) sebagai pengenal dan hingga kini masih digunakan oleh anggota
kepanduan di seluruh dunia. Selain itu, Baden-Powell juga menerima sangkakala (terompet)
kudu, peralatan dalam Perang Ndebele. Terompet itu nantinya ditiup setiap pagi untuk
membengunkn para peserta Perkemahan Kepanduan pertama di Kepulauan Brown sea.
(Burnham mirip topi koboi) sebagai pengenal dan hingga kini masih digunakan oleh anggota
kepanduan di seluruh dunia. Selain itu, Baden-Powell juga menerima sangkakala (terompet)
kudu, peralatan dalam Perang Ndebele. Terompet itu nantinya ditiup setiap pagi untuk
membengunkn para peserta Perkemahan Kepanduan pertama di Kepulauan Brown sea.
Tiga tahun kemudian, di Afrika
Selatan selama Perang Boer II
. Baden-Powell ditempatkan di
kota kecil bernama Mafeking
dengan jumlah pasukan Boer
yang jauh lebih banyak dari
pada di tempat sebelumnya.
The Mafeking Cadet Corps
adalah sekelompok anak muda
yang bertugas membawakan pesan untuk pasukan lain. Meskipun
mereka tidak
berpengalaman dalam menghadapi musuh, mereka berhasil melawan musuh
mempertahankan kota (1899–1900), dan kejadian inilah yang juga menjadi salah satu
faktor yang mengilhami Baden-Powell dalam membuat materi kepanduan. Setiap
orang dalam pasukan itu menerima bedge penghargaan berbentuk jarum kompas yang
dikombinasikan dengan ujung anak panah. Bedge ini bentuknya mirip dengan fleur de lis,
logo yang hingga kini digunakan sebagai logo organisasi kepanduan di banyak negara di dunia.
Selatan selama Perang Boer II
. Baden-Powell ditempatkan di
kota kecil bernama Mafeking
dengan jumlah pasukan Boer
yang jauh lebih banyak dari
pada di tempat sebelumnya.
The Mafeking Cadet Corps
adalah sekelompok anak muda
yang bertugas membawakan pesan untuk pasukan lain. Meskipun
mereka tidak
berpengalaman dalam menghadapi musuh, mereka berhasil melawan musuh
mempertahankan kota (1899–1900), dan kejadian inilah yang juga menjadi salah satu
faktor yang mengilhami Baden-Powell dalam membuat materi kepanduan. Setiap
orang dalam pasukan itu menerima bedge penghargaan berbentuk jarum kompas yang
dikombinasikan dengan ujung anak panah. Bedge ini bentuknya mirip dengan fleur de lis,
logo yang hingga kini digunakan sebagai logo organisasi kepanduan di banyak negara di dunia.
Di Inggris Raya, orang-orang membaca berita prestasi Baden-Powell dalam memimpin
Pasukan Mafeking sehingga di negara asalnya itu, ia menjadi “Pahlawan Nasional”. Hal ini
memberikan keuntungan, karena buku kecil yang ditulisnya “Aids to Scouting” menjadi terjual
laris.
Pasukan Mafeking sehingga di negara asalnya itu, ia menjadi “Pahlawan Nasional”. Hal ini
memberikan keuntungan, karena buku kecil yang ditulisnya “Aids to Scouting” menjadi terjual
laris.
Sekembalinya ke Inggris, Ia melihat bukunya telah populer dan banyak digunakan para guru
untuk mendidik muridnya, dan juga para pemuda yang aktif dalam organisasi. Karena itulah, Ia
diminta untuk menulis ulang bukunya tersebut agar mudah dipahami oleh anak muda, terutama
untuk anggota Boys’ Brigade, sebuah orgaisasi kepemudaan yang besar dan bernuansa
militer. Baden-Powell mulai berpikir kemungkinan hal ini bisa berkembang jauh lebih besar. Ia
mulai mempelajari materi lain yang bsa menjadi bahan pelajaran dalam kepanduan.
untuk mendidik muridnya, dan juga para pemuda yang aktif dalam organisasi. Karena itulah, Ia
diminta untuk menulis ulang bukunya tersebut agar mudah dipahami oleh anak muda, terutama
untuk anggota Boys’ Brigade, sebuah orgaisasi kepemudaan yang besar dan bernuansa
militer. Baden-Powell mulai berpikir kemungkinan hal ini bisa berkembang jauh lebih besar. Ia
mulai mempelajari materi lain yang bsa menjadi bahan pelajaran dalam kepanduan.
Juli 1906, Ernest Thompson Seton mengirimi Baden-Powell salinan bukunya yang berjudul
The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, adalah orang Kanada yang lahir di Inggris
dan tinggal di Amerika Serikat. Ia bertemu dengan aden-Powell bulan Oktober 1906, dan
mereka saling berbagi ide tentang program pelatihan bagi pemuda. Tahun 1907, Baden-Powell
menulis draft buku berjudul Boy Patrols. Pada tahun yang sama, untuk menguji idenya, Ia
mengumpulkan 21 pemuda dengan latar belakan bermacam-macam (yang diundang dari
beberapa sekolah khusus laki-laki di London, yakni Poole, Parkstone, Hamworthy,
Bournemouth, dan Winton Boys’ Brigade units) dan mengadakan perkemahan selama
seminggu di Brownsea Island, Poole Harbour, Dorset, Inggris. Metode yang diterapkan
dalam perkemahan itu adalah memberikan kesempatan pada para pemuda tersebut untuk
mengatur kelompok mereka sendiri dengan membentuk kelompok kecil dan memilih salah satu
anggota kelompok sebagai pemimpin.
The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, adalah orang Kanada yang lahir di Inggris
dan tinggal di Amerika Serikat. Ia bertemu dengan aden-Powell bulan Oktober 1906, dan
mereka saling berbagi ide tentang program pelatihan bagi pemuda. Tahun 1907, Baden-Powell
menulis draft buku berjudul Boy Patrols. Pada tahun yang sama, untuk menguji idenya, Ia
mengumpulkan 21 pemuda dengan latar belakan bermacam-macam (yang diundang dari
beberapa sekolah khusus laki-laki di London, yakni Poole, Parkstone, Hamworthy,
Bournemouth, dan Winton Boys’ Brigade units) dan mengadakan perkemahan selama
seminggu di Brownsea Island, Poole Harbour, Dorset, Inggris. Metode yang diterapkan
dalam perkemahan itu adalah memberikan kesempatan pada para pemuda tersebut untuk
mengatur kelompok mereka sendiri dengan membentuk kelompok kecil dan memilih salah satu
anggota kelompok sebagai pemimpin.
Brownsea, 1908
Musim panas 1907, Baden-Powell melakukan promo dan bedah buku barunya, “Scouting for
Boys”. Ia tidak sekedar menulis ulang buku “Aids to Scouting” yang lebih banyak materi
kemiliterannya. DI buku yang baru itu, aspek kemiliterannya diperkecil dan digantikan
dengan teknik-tekni non-militer (terutama survival) seperti pioneering dan penjelajahan. Ia
juga memasukka perinsip edukasi yang inovatif, disebut Scout method (metode kepramukaan).
Ia juga berkreasi dengan membuat game-game menarik sebagai sarana pendidikan mental.
Boys”. Ia tidak sekedar menulis ulang buku “Aids to Scouting” yang lebih banyak materi
kemiliterannya. DI buku yang baru itu, aspek kemiliterannya diperkecil dan digantikan
dengan teknik-tekni non-militer (terutama survival) seperti pioneering dan penjelajahan. Ia
juga memasukka perinsip edukasi yang inovatif, disebut Scout method (metode kepramukaan).
Ia juga berkreasi dengan membuat game-game menarik sebagai sarana pendidikan mental.
Scouting for Boys awalnya diperkenalkan di Inggris pada Januari 1908 dalam 6 jilid. Pada
tahun yang sama, buku tersebut dicetak dalam bentuk satu buku utuh. Sampai saat ini,
buku tersebut di peringkat ke empat dalam daftar buku bestseller dunia sepanjang masa.
tahun yang sama, buku tersebut dicetak dalam bentuk satu buku utuh. Sampai saat ini,
buku tersebut di peringkat ke empat dalam daftar buku bestseller dunia sepanjang masa.
Mulanya, Baden-Powell diminta menjadi “pembina” organisasi The Boys’ Brigade, yang
didirikan William A. Smith. Kemudian, karena popularitasnya semakin meningkat serta
tulisannya tentang petualangan-petualangan di alam terbuka, banyak pemuda yang mulai
membentuk kelompok kepanduan dan Baden-Powell “kebanjiran order” untuk menjadi
pembina kelompok-kelompok itu. Mulai saat itulah Gerakan Kepanduan (Scout Movement)
mulai berkembang dengan pesat.
didirikan William A. Smith. Kemudian, karena popularitasnya semakin meningkat serta
tulisannya tentang petualangan-petualangan di alam terbuka, banyak pemuda yang mulai
membentuk kelompok kepanduan dan Baden-Powell “kebanjiran order” untuk menjadi
pembina kelompok-kelompok itu. Mulai saat itulah Gerakan Kepanduan (Scout Movement)
mulai berkembang dengan pesat.
Pulang ke Inggris
Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya "Aids to Scouting"
telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.Kembali
dari pertemuan dengan pendiri Boys' Brigade, Sir William Alexander Smith, Baden-Powell
memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja,
dan pada tahun 1907 membuat satu perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak
lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "Scouting for
Boys" kemudian diterbitkan pada tahun 1908 dalam 6 jilid.Kanak-kanak remaja membentuk
"Scout Troops" secara spontan dan gerakan Pramuka berdiri tanpa sengaja, pada mulanya
pada tingkat nasional, dan kemudian pada tingkat internasional. Gerakan pramuka berkembang
seiring dengan Boys' Brigade. Suatu pertemuan untuk semua pramuka diadakan di Crystal
Palace di London pada 1908, di mana Baden-Powell menemukan gerakan Pandu Puteri
yang pertama. Pandu Puteri kemudian didirikan pada tahun 1910 di bawah pengawasan
saudara perempuan Baden-Powell, Agnes Baden-Powell.Walaupun dia sebenarnya dapat
menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat Raja Edward VII, yang mengusulkan
bahawa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan gerakan Pramuka.Pada Januari 1912 Baden-Powell bertemu calon isterinya Olave Soames di atas kapal penumpang (Arcadia)
dalam perjalanan ke New York untuk memulai Lawatan Pramuka Dunia. Olave berusia 23,
Baden-Powell 55, dan mereka berkongsi tanggal lahir. Mereka bertunangan pada September
tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran Baden-Powell, karena
perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu. Untuk menghindari gangguan pihak pers,
mereka melangsungkan pernikahan secara rahasia pada 30 Oktober 1912. Dikatakan bahwa
Baden-Powell hanya memiliki satu petualangan lain dengan wanita (pertunganannya yang gagal
dengan Juliette Magill Kinzie Gordon).
Pramuka Inggris menyumbang satu penny masing-masing dan mereka membelikan
Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce. ‹‹‹›››
Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce. ‹‹‹›››
Perang Dunia I dan kejadian-kejadian selanjutnya
Ketika pecah Perang Dunia I pada tahun 1914, Baden-Powell menawarkan dirinya kepada
Jabatan Perang. Tiada tanggung jawab diberikan kepada beliau, sebab, seperti yang dikatakan
olehLord Kitchener: "dia bisa mendapatkan beberapa divisi umum dengan mudah tetapi dia
tidak dapat mencari orang yang mampu meneruskan usaha baik Boy Scouts." Kabar angin
menyatakan Baden-Powell terkait dalam kegiatan spionase dan dinas rahasia berusaha untuk
menggalakkan mitos tersebut.
Baden-Powell dianugerahi gelar Baronet pada tahun 1922, dan bergelar Baron
Baden-Powell, dari Gilwell dalam County Essex, pada tahun 1929. Taman Gilwell adalah
tempat latihan Pemimpin Pramuka Internasional. Baden-Powell dianugerahi Order of
Merit dalam sistem penghormatan Inggris pada tahun 1937, dan dianugerahi 28 gelar
lain dari negara-negara asing.
Dalam sajak singkat yang ia tulis, ia menjelaskan bagaimana mengucapkan namanya:
- Man, Nation, Maiden
- Peter, kemudian 2nd Baron Baden-Powell (1913-1962)
- Hon. Heather Baden-Powell (1915-1986)
- Hon. Betty Baden-Powell (1917-2004) yang pada 1936 menikah dengan Gervase
Charles Robert Clay (lahir 1912 dan memiliki 3 anak laki-laki dan 1 perempuan)
Please call it Baden.
Further, for Powell
Rhyme it with Noël.
Dibawah usaha gigihnya pergerakan Pramuka dunia berkembang. Pada tahun 1922 terdapat
lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun 1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun 1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
Keluarga Baden-Powell memiliki tiga anak – satu anak laki-laki dan dua perempuan (yang
mendapat gelar-gelar kehormatan pada 1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan
ayahnya pada1941:
mendapat gelar-gelar kehormatan pada 1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan
ayahnya pada1941:
Tidak lama selepas menikah, Baden-Powell berhadapan dengan masalah kesehatan, dan
mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit kepala terus menerus, yang
dianggap dokternya berasal dari gangguan psikosomatis dan dirawat dengan analisis mimpi.
Sakit kepala ini berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar tidur
baru di balkon rumahnya. Pada tahun 1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun 1939 dia
pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk
berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada
8 Januari 1941.
mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit kepala terus menerus, yang
dianggap dokternya berasal dari gangguan psikosomatis dan dirawat dengan analisis mimpi.
Sakit kepala ini berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar tidur
baru di balkon rumahnya. Pada tahun 1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun 1939 dia
pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk
berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada
8 Januari 1941.
Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell dan semua
gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi pada 1939 Royal
Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah untuk tahun itu, karena pecahnya
Perang Dunia II.
gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi pada 1939 Royal
Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah untuk tahun itu, karena pecahnya
Perang Dunia II.
Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan 22 Februari sebagai hari B-P, tanggal
lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell, untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua
Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia.
lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell, untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua
Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia.
Kehidupan pribadi
Pada bulan Januari 1912, Baden-Powell was en route to New York on a Scouting World Tour,
on the ocean liner Arcadian, when he met Olave St Clair Soames.[13][14] She was 23, while
he was 55; they shared the same birthday, 22 February. They became engaged in September
of the same year, causing a media sensation due to Baden-Powell's fame. To avoid press
intrusion, they married in secret on 31 October 1912, at St Peter's Church in Parkstone.[15]
The Scouts of England each donated a penny to buy Baden-Powell a wedding gift, a car (note
that this is not the Rolls-Royce they were presented with in 1929). There is a monument to their
marriage inside St Mary's Church, Brownsea Island.
on the ocean liner Arcadian, when he met Olave St Clair Soames.[13][14] She was 23, while
he was 55; they shared the same birthday, 22 February. They became engaged in September
of the same year, causing a media sensation due to Baden-Powell's fame. To avoid press
intrusion, they married in secret on 31 October 1912, at St Peter's Church in Parkstone.[15]
The Scouts of England each donated a penny to buy Baden-Powell a wedding gift, a car (note
that this is not the Rolls-Royce they were presented with in 1929). There is a monument to their
marriage inside St Mary's Church, Brownsea Island.
Baden-Powell and Olave lived in Pax Hill near Bentley,
Hampshire from about 1919 until 1939.[16] The Bentley
house was a gift of her father.[17] Directly after he had
married, Baden-Powell began to suffer persistent
headaches, which were considered by his doctor to be
of psychosomatic origin and treated with
dream analysis.[7] The headaches disappeared upon his
moving into a makeshift bedroom set up on his balcony.
Hampshire from about 1919 until 1939.[16] The Bentley
house was a gift of her father.[17] Directly after he had
married, Baden-Powell began to suffer persistent
headaches, which were considered by his doctor to be
of psychosomatic origin and treated with
dream analysis.[7] The headaches disappeared upon his
moving into a makeshift bedroom set up on his balcony.
The Baden-Powells had three children, one son
(Peter) and two daughters. Peter succeeded in 1941 to the Baden-Powell barony.[18]
(Peter) and two daughters. Peter succeeded in 1941 to the Baden-Powell barony.[18]
-
(Baden-Powell with wife and three children, 1917)
- Arthur Robert Peter (Peter), later 2nd Baron Baden-Powell (1913
–1962). He married
Carine Crause-Boardman in 1936, and had three children: Robert
Crause, later 3rd Baron
Baden-Powell; David Michael (Michael), current heir to the titles, a
nd Wendy. - Heather Grace (1915–1986), who married John King and had two
children: Michael, who
died in the sinking of SS Heraklion, and Timothy; - Betty (1917–2004), who married Gervas Charles Robert Clay in 1936 and had a
daughter: Gillian, and three sons: Robin, Nigel and Crispin.
In addition, when Olave's sister Auriol Davidson née Soames died in 1919, Olave and Robert
took her three nieces, Christian (1912–1975), Clare (1913–1980), and Yvonne, (1918–1995?), in
to their family and brought them up as their own children.[19]
took her three nieces, Christian (1912–1975), Clare (1913–1980), and Yvonne, (1918–1995?), in
to their family and brought them up as their own children.[19]
In 1939, Baden-Powell and Olave moved to a cottage he had commissioned in Nyeri, Kenya,
near Mount Kenya, where he had previously been to recuperate. The small one-room house,
which he named Paxtu, was located on the grounds of the Outspan Hotel, owned by
Eric Sherbrooke Walker, Baden-Powell's first private secretary and one of the first Scout
inspectors.[7] Walker also owned the Treetops Hotel, approx 17 km out in the Aberdare
Mountains, often visited by Baden-Powell and people of the Happy Valley set. The Paxtu
cottage is integrated into the Outspan Hotel buildings and serves as a small Scouting museum.
near Mount Kenya, where he had previously been to recuperate. The small one-room house,
which he named Paxtu, was located on the grounds of the Outspan Hotel, owned by
Eric Sherbrooke Walker, Baden-Powell's first private secretary and one of the first Scout
inspectors.[7] Walker also owned the Treetops Hotel, approx 17 km out in the Aberdare
Mountains, often visited by Baden-Powell and people of the Happy Valley set. The Paxtu
cottage is integrated into the Outspan Hotel buildings and serves as a small Scouting museum.
Baden-Powell died on 8 January 1941 and is buried in Nyeri, in St. Peter's Cemetery[20] His
gravestone bears a circle with a dot in the centre "ʘ", which is the trail sign for "Going home", or "
I have gone home":[21] When his wife Olave died, her ashes were sent to Kenya and interred
beside her husband. Kenya has declared Baden-Powell's grave a national monument.[22]
gravestone bears a circle with a dot in the centre "ʘ", which is the trail sign for "Going home", or "
I have gone home":[21] When his wife Olave died, her ashes were sent to Kenya and interred
beside her husband. Kenya has declared Baden-Powell's grave a national monument.[22]
Kepercayaan pribadi
Tim Jeal, who wrote the biography Baden-
Powell, argued that Baden-Powell's distrust
of communism led to his implicit support,
through naïveté, of fascism. In 1939 Baden-Powell noted in his diary: "Lay up all day. Read
Mein Kampf. A wonderful book, with good ideas on education, health, propaganda,
organisation etc. – and ideals which Hitler does not practise himself."[7]:550 Baden-Powell
admired Benito Mussolini early in the Italian fascist leader's career.
Powell, argued that Baden-Powell's distrust
of communism led to his implicit support,
through naïveté, of fascism. In 1939 Baden-Powell noted in his diary: "Lay up all day. Read
Mein Kampf. A wonderful book, with good ideas on education, health, propaganda,
organisation etc. – and ideals which Hitler does not practise himself."[7]:550 Baden-Powell
admired Benito Mussolini early in the Italian fascist leader's career.
Some very early Scouting "Thanks" badges had a swastika symbol on them.[23] According
to biographer Michael Rosenthal, Baden-Powell used the swastika because he was a Nazi
sympathiser. Jeal, however, argues that Baden-Powell was ignorant of the symbol's growing
association with Nazism and that he used the symbol for its centuries-old meaning of "good
luck" in India. Also, Baden-Powell was named by the Nazis in "The Black Book of people
to be arrested during the conquest of Great Britain. Scouting was regarded as a
dangerous spy organisation by the Nazis.[24] Finally, when Nazi use of the swastika became
well-known, the Scouts stopped using it.
to biographer Michael Rosenthal, Baden-Powell used the swastika because he was a Nazi
sympathiser. Jeal, however, argues that Baden-Powell was ignorant of the symbol's growing
association with Nazism and that he used the symbol for its centuries-old meaning of "good
luck" in India. Also, Baden-Powell was named by the Nazis in "The Black Book of people
to be arrested during the conquest of Great Britain. Scouting was regarded as a
dangerous spy organisation by the Nazis.[24] Finally, when Nazi use of the swastika became
well-known, the Scouts stopped using it.
Artist and writer
Baden-Powell made paintings and drawings almost every day of his life. Most have a
humorous or informative character.[7] He published books and other texts during his
years of military service both to finance his life and to educate his men.[7]
Baden-Powell was regarded as an excellent storyteller. During his whole life he told "ripping
yarns" to audiences.[7] After having published Scouting for Boys, Baden-Powell kept on writing
more handbooks and educative materials for all Scouts, as well as directives for Scout Leaders.
In his later years, he also wrote about the Scout movement and his ideas for its future. He spent
the last decade of his life in Africa, and many of his later books had African themes. Currently,
many pages of his field diary, complete with drawings, are on display at the National Scouting
Museum in Irving, Texas.
yarns" to audiences.[7] After having published Scouting for Boys, Baden-Powell kept on writing
more handbooks and educative materials for all Scouts, as well as directives for Scout Leaders.
In his later years, he also wrote about the Scout movement and his ideas for its future. He spent
the last decade of his life in Africa, and many of his later books had African themes. Currently,
many pages of his field diary, complete with drawings, are on display at the National Scouting
Museum in Irving, Texas.
Seksualitas
Early discussion of Baden-Powell's sexuality focused on his relationship with his
close friend Kenneth McLaren.[25]:217–218[26]:48 Tim Jeal's later biography discusses the
relationship and finds that there is no conclusive evidence that this friendship was physical.[7]:82 Jeal then examines Baden-Powell's views on women, his appreciation of the male
form, his military relationships, and his marriage, concluding that Baden-Powell might
have been a repressed homosexual.[7]:103 Jeal's conclusion is shared by some
biographers and disputed by others, but is not yet examined in any detail by other scholars.[27]:6
Karya
|
|
Styles
Nama keluarga resmi berubah dari Powell untuk Baden-Powell oleh Lisensi Royal pada
tanggal 30 April 1902.[18]
- 1857–1860: Robert Stephenson Smyth Powell
- 1860–1876: Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1876: Sub-Letnan Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1876–1884: Letnan Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1884–1892: Kapten Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1892–1896: Mayor Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1896-25 April 1897: Mayor (Bvt. Letnan Kolonel) Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 25 April – 8 Mei 1897: Letnan Kolonel Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 7 Mei 1897–1900: Letnan Kolonel (Bvt. Kolonel) Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1900–1901: Mayor Jenderal Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
- 1901–1907: Mayor-Jenderal Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, CB
- 1907–3 October 1909: Letnan Jenderal Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, CB
- 3 October – 9 November 1909: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
, KCVO, CB - 9 November 1909–1912: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, KCB
, KCVO - 1912–1921: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, KCB, KCVO,
KStJ - 1921–1923: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Bt., KCB, KCVO,
KStJ - 1923–1927: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Bt., GCVO, KCB,
- KStJ
- 1927–1929: Letnan Jenderal Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Bt., GCMG,
GCVO, KCB, KStJ - 1929–1937: Letnan Jenderal The Right Honourable The Lord Baden-Powell, GCMG, GCVO,
KCB, KStJ - 1937–1941: Letnan Jenderal The Right Honourable The Lord Baden-Powell, OM, GCMG,
GCVO, KCB, KStJ